Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 Oktober 2021

Berhentilah Sok Tahu Dengan Pilihan Hidup Orang Lain

 

Berhentilah Sok Tahu Dengan Pilihan Hidup Orang Lain

 

Mari kita awali dengan …

Membayangkan situasi ini.

            Usiamu hampir 45 tahun, umur pernikahanmu sudah setua situs Stonehenge, dan tidak memiliki anak. Tiba-tiba makbendunduk out of the blue, suatu hari seseorang mengirimimu pesan berupa video tentang sebuah terapi pijat untuk meningkatkan kesuburan supaya segera punya anak. Kamu mengenal orang ini tetapi tidak dekat bahkan jarang berinteraksi dengannya. Tetapi kamu  berdua mempunyai kondisi yang sama, bahkan orang ini usianya jauh diatasmu. Bagaimanakah perasaanmu? So-so, biasa aja? Atau agak pengin njotos ini orang?  Well … kalau saya pasti pilihan kedua. Cah hardware ogh ya…. Eh…hardcore. Senggol  jotos….

        Seriously, hal  ini terjadi pada saya beberapa hari yang lalu. Ya itu tadi makbedunduk…ada pesan masuk di gawai saya yang ternyata adalah sebuah video dari Tiktok.  Jujur saya tidak putar semuanya karena dari depan sudah berjudul njelehi; pijat titik kesuburan wanita supaya cepat hamil. C’moon….. daripada buang-buang kuota internet untuk hal yang tidak (lagi) berguna untuk saya (saat ini), saya balas pesan tersebut dengan ucapan terima kasih meskipun aslinya berpikir ini orang very how sih? (transl: piye banget). Tapi sengawur-ngawurnya saya, kalau lagi waras ya bisalah membalas hal njelehi secara baik-baik.

        Mungkin yang baca tulisan ini akan berpikir saya sombong banget sih. Ada ilmu yang berguna dibilang njelehi. Hey Jude! ….tunggu sebentar. Saya tidak bilang video itu tidak berguna secara umum, untuk orang lain mungkin itu akan sangat berguna,  tetapi untuk saiiiyyyaaaa, tidak lagi berguna untuk saat ini.

        To tell you the truth, having kids or not in life is a choice. Kamu punya pilihan untuk itu. Ketika manten anyar, saya memang memilih untuk punya anak, tetapi seiring berjalannya waktu dan berubahnya situasi dan kondisi, yang berkuasa untuk memberi saya anak rupanya tidak berkenan. Ya sudah, saya mau apa? Usaha sudah, doa sudah, tetapi kalau memang harus ngopeni yang lain, ya saya terima dengan lapang hati. Dan sayapun mblirit dari antrian biar gilirannya untuk yang masih membutuhkan.

Somebody: Lhoh kan situ gak pernah cerita udah usaha apa saja. Siapa tahu kami bisa bantu.

Me: Helloooo. Kamu asisten Tuhan?

        Maaf ya, saya bukan selebritis siapa itu yang keguguran aja bikin instastory. Buat saya usaha dan doa untuk urusan anak beranak ini adalah urusan antara saya, partner saya, dan Sang Pencipta. Bukan konsumsi mereka-mereka. Itulah mengapa setiap ada yang menanyakan kenapa saya tidak segera punya anak bla..bla..bla… saya selalu mengalihkan topik. Saya berusaha untuk tidak menyakiti hati mereka dengan jawaban saya yang mungkin makjleb: Jawabannya sama ketika kamu ditanya kapan kamu mati. Sakit hati gak sih kalo ditanya itu?

        Jadi mari balik lagi ke pesan video tadi. Niat si ibuk ini bagus, (mungkin) tulus karena beliau sendiri juga mengalami hal yang sama. Mungkin beliau lupa atau tidak tahu bahwa saya sudah berada di zona waktu dimana saya harus beradaptasi dengan kondisi tubuh yang tidak se-fit 10 -15 tahun yang lalu. Dan yang menjadi masalah buat saya adalah beliau ini tidak dekat dengan saya, bukan teman nongkrong, bisa-bisanya mengirimkan pesan sesensitif itu. Iya, buat saya itu hal sensitif lho… Urusan hidup mati bukan sih? Mungkin kalau beliau ini mengirimkan pesan ini ketika saya manten anyar, pas Stonehenge lagi dibangun, saya pasti akan sangat berterima kasih. Masalahnya adalah ketika situs Stonehenge dibangun, belum usum wasap dan tiktok.

        Nothing is impossible, gitu kata orang pintar. Kalaupun saya mau mengikuti saran di video tersebut  dan berhasil, yaa…itu kuasa Sang Pencipta. Tetapi saya melilih tidak mengikutinya bukan karena saya putus harapan, tetapi saya sudah berfokus untuk ngopeni hal lain. Tetapi bagaimanapun juga, se-cringy itupun saya harus tetap berterima kasih kepada ibuk tersebut karena telah peduli atas kondisi saya yang sedemikian.

        Tidak kali ini saja saya menerima saran dan bantuan tentang bagaimana supaya bisa segera punya anak. Setiap tahun doa-doa selalu dipanjatkan oleh para sesepuh ketika saya sungkeman hari Raya. Tetapi sekali lagi kalau yang in charge memang tidak memberi saya tugas untuk menjaga seorang anak, mau apa coba? Mempublikasikan hasil tes lab, pengobatan medis dan non-medis kepada khalayak gak bisa merubah keadaan. Beneran lho ini terjadi … Dulu seorang tetangga kontrakan suka memamerkan struk rumah sakit atau dokter dimana beliau menjalani terapi ini itu. Apakah kemudian keadaan beliau berubah setelah semua orang tahu dan trenyuh lalu berdoa untuknya, lalu beliau punya anak? Nope. Well… balik lagi ke yang in charge tadi. Berkenan atau tidak? Itu saja.

        Selain bantuan doa dan saran ini itu, saya juga beberapa kali menerima tawaran bantuan dalam bentuk lain yang sangat menarik. Beberapa kali bertemu kawan-kawan lama  salah satu hal yang dibahas pasti adalah tentang anak. Lagi-lagi saya harus merangkai kata-kata yang pantas supaya tidak menyakiti perasaan mereka dengan jawaban saya. Tetapi satu, atau dua orang berinisiatif menawarkan bantuan khusus, tentu saja ketika kami sudah berada di luar forum kumpul-kumpul karena bantuan ini sangat rahasia.  Begitu tahu keadaan saya yang sedemikian, kawan saya ini menawarkan BLE. (What the hell is BLE? Hahaha…. Ini cuma bikinan saya aja… jangan serius lho yaaa…)  Kalau BLT adalah Bantuan Langsung Tunai. Sementara BLE adalah Bantuan Langsung Enak. Wkwkwkwkwkwk…… You know what I mean, 21+? 💋💦  Beneran menarik ini, serius. Tawaran bantuan paling menarik yang pernah saya terima. Gimana enggak? Langsung dan enak pula…. Menggiurkan bukan? Masalah berhasil atau enggak itu urusan nanti, yang penting enak dulu. Gitu khan ya aturannya?  But…. Resiko tinggi. Enaknya 5-10 menit, gak enaknya bisa seumur hidup, apalagi ketika pemberi bantuannya kabur dan gak bisa dimintai tanggung jawab. Belum lagi kalau hasilnya malah mirip sang donatur. Alamat jadi omongan tetangga. Hahahaha…. Itu kejadian 7-8 tahun lalu ketika saya masih dimungkinkan masuk antrian lagi. Para calon donatur tahu banget  itu.  Spekulasi aja siapa tahu saya bersedia menerima bantuan. Sayangnya saya tidak bersedia menerima bantuan tersebut karena ya itu tadi…. Enaknya kenapa cuma 5-10 menit? Kurang lama dong! Daaaayyymmmnnnn! Wkkwkwkwkwk….

        Tetapi BLE mungkin tidak berhubungan langsung dengan umur.  Buktinya di usia saya yang seumur patung kepala Easter Island, masih ada juga yang menawarkan BLE.  Kalau ini sih menurut saya agak beda prosedur, bukan lagi berniat memberi bantuan tetapi lebih ke mutual help. Saya enak sana enak, syukur-syukur kalo ada hasil.💪💓💋💦  Daaaaaaammmmnnnnn!!!!  Hahaha. Stop it!! Calon donatur yang ini rupanya korban kecanggihan teknologi dimana kamera smartphone bisa bikin glowing wajah saya yang bertekstur seperti dinding kubah lava Merapi sehingga tergesa-gesa hendak memberikan BLE. (Sik...saya pengin misuh dikit,  ***!)

        Kesimpulan dari train of thought saya ini adalah  Life is about a choice. When you have chosen something, just go on with it. No regret.  Saya tidak menyesal untuk memilih tidak bertahan di antrian menunggu giliran menerima kepercayaan menjaga seorang anak.  Saya percaya bahwa saya telah ditugasi mengurus hal lain yang tidak kalah pentingnya di sisa umur saya. Dan yang lebih penting adalah saya tidak menyesal sama sekali menolak tawaran dari para donatur BLE tersebut. (Ehehe…maksudnya apa ini?..)  Akhirul kalam, jangan pernah berkesimpulan bahwa hidup seseorang itu seperti yang kau lihat dan pikirkan. Orang yang menurutmu terlihat kasihan, belum tentu dia hidup susah. Mungkin malah kamu sendiri yang menderita.   Therefore, stop being sotoy about others’ life.

 

NOTE:

Di tulisan saya ini saya tidak menggunakan istilah momongan seperti halnya rangorang supaya terdengar lebih halus. Buat saya istilah momongan itu terlalu umum, tidak harus anak atau anak sendiri, bisa berupa apa saja. FYI, saya tiap pagi momong Thanos kucing kezheyengan saya. Wait a sec,  itu angon ya?  Beda. Hahaha…. Lupakan.

tadi nulisnya ditemani: 

https://www.youtube.com/watch?v=drwuLlB9FEo&list=PLFZHnGD4_r9_qq2AK5hkKB_GYJUNEeay8&index=2 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar