Total Tayangan Halaman

Rabu, 12 September 2012

Matah Ati , Pamedan Mangkunegaran Solo, 8-10 September 2012

The Beginning

Matah Ati berkisan tentang perjalanan cinta dan perjuangan pemimpin prajurit perempuan bernama Rubiyah ‘Matah Ati’ yang kemudian melahirkan garis keturunan Mangkunegaran. Rubiyah yang setelah dipersunting R.M.Said diberi nama RAY. KUSUMA MATAH ATI atau dikenal juga RAY. KUSUMA PATAH ATI. Nama beliau memiliki dua versi dengan arti yang sama yaitu Matah atau Patah yang dalam bahasa Jawa artinya melayani. Dalam hal ini, penulis memilih judul ‘Matah Ati’ berdasarkan pemikiran bahwa selain memang Rubiyah dilahirkan di desa Matah juga dapat memberikan kesan yang lebih positif daripada Patah Ati yang dapat juga diartikan sebagai patah hati (broken heart) yang sesungguhnya sangat berbeda dengan makna sebenarnya, yaitu ‘melayani hati sang pangeran’. 

“Matah Ati” adalah sebuah kisah perjalanan dan perjuangan cinta yang terjadi di Jawa pada abad ke-18 tentang gadis desa bernama Rubiyah. Beliau kemudian menjadi bagian dalam masa perjuangan R.M.Said melawan penjajahan Belanda di tanah Jawa dimana ia menarik perhatian seorang ksatria ningrat Jawa yaitu R.M. Said yang juga dikenal Pangeran Sambernyowo yang kemudian jatuh cinta kepadanya. 

The Prayer
Hingga 16 tahun peperangan dan pemberontakan usai dengan kekalahan lawan, maka jadilah Raden Mas Said menjadi Raja bergelar Mangkunegara 1 dan Rubiyah menjadi istri dengan nama RAY KUSUMA MATAH ATI karena lahir di desa Matah dan bisa juga diartikan ‘Melayani hati sang pangeran’, melalui beliaulah turun generasi raja-raja Mangkunegaran. 

Rubiyah, the Brave
Raden Mas Said adalah cucu dari Amangkurat 4, pada waktu itu hasil dari peperangan dan pemberontakan akhirnya menghasilkan perundingan yang dikenal dengan Perjanjian Giyanti.  Perundingan perdamaian itu  menjadikan kerajaan di Jawa terbelah  menjadi empat yaitu Kasultanan  Jogjakarta dan  Pakoealam  Jogjakarta serta Kasunanan Surakarta dan Mangkunegaran Surakarta (Solo). Cerita  indah ini dirajut dengan tema cinta, belas kasih, keberanian, keputusasaan dan sukacita.
The Encounter
 ‘Matah Ati’ menampilkan keagungan dan perjuangan wanita serta merupakan suatu fakta historis bahwa pada abad ke-18 sudah ada pejuang- pejuang wanita yang tangguh untuk menumpas keangkara murkaan dan ketidakadilan. Dengan kata lain, peran Rubiyah tidak hanya menjadi seorang istri/ibu yang selalu berada di wilayah  urusan  domestik (rumah tangga) dan wanita tani yang bisa menarikan tarian Jawa, seperti Srimpi, Bedaya dan lain-lain; melainkan juga mampu mendampingi R.M.Said dalam  memimpin perang serta memimpin 40 prajurit wanita di medan perang layaknya laki-laki. (sumber: Siaran Pers Pentas Tari Matah Ati di Esplanade Theater Singapura , 22-23 Oktober 2010  http://lists.indymedia.org/pipermail/imc-jakarta/attachments/20100919/43650cc5/attachment-0001.htm)


Pada tanggal 8-10 September 2012, Matah Ati di pentaskan di kota asalnya, Solo,  tepatnya di lapangan Pamedan Mangkunegaran. Foto-foto ini diambil pada tanggal 9 September 2012, hari kedua pementasan di kota Solo.

The Admission




The Training with Raden Mas Said


The Women Army

The Battle

The Aftermath

The Wedding of RM Said and Rubiyah, the Brave

 Closing