KEMINGGRISEN
(Maunya) terdengar keren,
tapi....
Semenjak saya punya akun BBM, saya
jadi sering mengalami “kebanjiran” informasi yang cukup deras dan kadang
mematikan – handphone saya. Bagaimana tidak, aplikasi untuk berkomunikasi ini
cukup sederhana dan “cepat”, dimana hanya dengan sekali sentuh kita bisa ganti
status setiap menit. Apalagi yang
namanya akun milik Buibu seperti saya, setiap gerakan pun bisa dijadikan status
BBM. “Aduuh...sambelnya pedes bingit, jadi pengin minum es”, dengan foto
seperangkat makan siang yam geprek plus lalapan. Satu menit kemudian, “Segarnya es degan
bawah jembatan....” dengan foto profil yang sudah ikut ganti juga. Itu yang
paling sederhana. Belum lagi kegiatan di rumah dengan dedek bayi mereka, suami
mereka..... Bayangkan, misal di kontak BBM saya ada 10 orang yang ganti status
tiap menit, sudah berapa banyak informasi yang saya terima dalam satu jam? Bikin
Hamblenger khan? Gak heran kalau sa punya gadget pun
ikut-ikutan teler.... Baru buka
sebentar, mak pet...
Bukan aplikasi BBMnya yang bikin
saya resah, tetapi kosakata yang mereka pakai di statusnya. Sebenarnya ini
tidak cuma terjadi di BBM saja, tetapi hampir di semua lini sosial media. Saya
mengambil contoh dari BBM karena menurut saya aplikasi inilah yang sangat pas
mewadahi mereka-mereka yang kebelet
eksis “sak det sak nyet” (*instantly and
immediately), yang bahkan raksasa sosmed Facebook dan Twitter aja masih
kalah cepat dan kalah praktis.
Suatu hari, saya mendapati satu
status BBM tentang betapa seorang mahmud yang “adore” anak perempuannya.
Kurang lebihnya begini, “My inces hari ini cantik sekali....” . Awalnya saya merasa tidak ada yang salah
dengan status ini, tetapi insting seorang pengajar bahasa tidak bisa diabaikan (*pengajar bahasa kucing). Saya tertegun dengan penggunaan kata “inces”.
WTF?? pikir saya (*Astaghfirullaah,
saya misuh!) Saya tahu si mahmud ini maksudnya bilang ,“my
Princess
hari ini cantik sekali...”. Yaaaayaa bisa dimengerti, maksud si mahmud menyesuaikan
dengan dunia si anak yang kepayang dengan film-film prinses semacam Frozen atau
Barbie. Dan kebetulan si anak masih
kecil, jadilah masih pakai babytalk. Tetapi saya khawatir kedepannya si anak akan
terbiasa dengan bunyi “inces” yang menurut mamah mereka artinya puteri. Bisa jadi mereka akan berpikir itu sesuatu
yang bagus, tentu saja semua akan berubah ketika si anak sudah belajar bahasa
asing dengan seksama. Yang lebih saya
takutkan lagi, si mahmud merasa kurang keren dengan hanya menuliskan “inces”,
bisa jadi suatu saat akan ada yang menambahkan huruf “t” di akhir kata. Oh tjiidaaaaaaakkkk!!
.... (* sambil zoom in zoom out wajah). Coba deh, kalau punya kamus, cek
artinya atau minimal tanya Mbahmu (Google ndez, Google!). Ngeri
bukan? Meskipun secara pronunciation,
ada sedikit perbedaan bunyi satu konsonan di tengah, yang oleh para mahmud mungkin
diucapkan “c” tetapi yang sesuai kamus dibaca “s”. Jadi, siapapun yang membaca tulisan saya ini,
tolong diingatkan itu mahmud-mahmud yang punya anak perempuan untuk menghindari
“babytalk” istilah satu itu. Ngeri
akibatnya, dan bisa jadi non-human
banget, karena kucing saya melakukan itu!!! Plis...
Selain “babytalk”, yang populer disosmed adalah menggunakan kata-kata
bahasa Inggris tetapi dengan logat (*tulisan) dibikin cadel (*eh mirip kali ya?
Wis ben. Lanjut) Masih mending ditulis sesuai bunyinya, misalnya “good night” jadi “gut
nait”. Itu masih bisa dikenali bunyi dan artinya. Lha tetapi kalau ejaan
plus pengucapannya dua-duanya jadi beda? Itu baru jadi masalah. Ada satu teman
di sosmed yang gemar menggunakan istilah-istilah bahasa asing yang
di-Indonesiakan, misal edifikasi,
klarifikasi dll. Suatu ketika si teman
ini update status, “Pagi plants. Semangat yaaaa...” Wow!! Saya terlonjak kaget,
ternyata sosial media tidak hanya meracuni manusia, tetapi tumbuh-tumbuhan juga!!
Terpujilah Mark Zuckerberg, Jack Dorsey, Mike Lazaridis, dan Jan Koum beserta
seluruh pencipta aplikasi komunikasi semacamnya. Kini tidak hanya kita, anggota
“animal kingdom”, yang bisa menggunakanya, tetapi juga anggota “plant kingdom”!!!! Subhanallah!
Serius kaget saya....teman saya
bisa dengan hangat menyapa tetumbuhan di satu pagi yang cerah itu. Iseng saya komentari statusnya dengan hanya
satu kata,”Tumbuhan?” Eh...sewot dia. Aduh jadi salah khan? Dia lalu menjelaskan maksudnya adalah “friend”
atau teman. Dia minta maaf karena
gak bisa bahasa Inggris. Tapi setelah
saya rasa-rasakan bukan minta maaf ding,
tetapi ngedumel menyindir saya yang
secara intensif belajar bahasa asing ini. Tapi wis ben lah... Maunya saya menyarankan kenapa gak pake kata
“teman” “kawan”, atau kalau mau terdengar keminggris, “fren” gitu. Tetapi saya urungkan niat itu, saya
memakluminya. Kalaupun saya jelaskan secara detil, malah nanti sa dikira sok
serius dan sok pintar, karena teman saya ini tidak belajar bahasa secara khusus.
Yaaa sudahlah, akhirnya begini nih...malah jadi tulisan panjang dan teman saya
masih kadang menggunakan kosakata nginggrisnya yang bikin puyeng pala dedi. Belum
lagi nanti kalau dia tulis statusnya begini ”Good morning, Plants. Piss selalu
untukmu”. Piss? Iyuh, emoh saya..
Jadi, sebagai seorang yang
belajar bahasa asing dan menggunakannya
sebagai mata pencaharian, saya hanya bisa menyarankan kepada yang baca tulisan
saya ini beberapa hal. Satu, jangan pernah salahkan sosial media apabila
kemudian statusmu menjadi bulan-bulanan teman-temanmu hanya karena kamu
keminggrisen. Jangan mau disejajarkan dengan Mas-mas yang berambut putih yang
katanya dosen tetapi menyalahkan Facebook karena katanya video yang dia upload
disebar-sebarkan oleh Facebook dan mengakibatkan pergerakan massa yang cukup
massif tahun lalu. Dua, hindari menggunakan bahasa yang tidak kamu kuasai. Apalagi mengadaptasinya ke lidahmu sendiri
supaya terdengar lebih keren, padahal artinya jadi beda jauh. Tidak ada salahnya belajar bahasa asing
dengan caramu sendiri, tetapi ingat, kamu harus setangguh Mbak Artis yang
posting foto ulang tahun Prinsesnya di
Instagram dengan caption
bahasa Inggris yang a bit mawood. Dia
dibully segenap netizen, tetapi tetep aja endhel
binti menthel...
Terlepas dari prinsip belajar
bahasa asing yang berbunyi “Exposure does matter” (yang ingin tahu maksudnya apa silahkan
hubungi nomer 0878367xxxxx, harga nego),
lebih baik menggunakan bahasa sendiri yang kita tahu betul artinya,
tidak semata biar terlihat keren, bahkan untuk misuh sekalipun. Camkan itu. Karena sesungguhnya keren tidaknya seseorang
itu tergantung amal perbuatan.
Sorry for being keminggrised,
yes... I only follow follow you.
(Maaf sok nginggris ya,
saya cuma ikut-ikutan situ)