Total Tayangan Halaman

Rabu, 04 Januari 2017

KEMINGGRISEN



KEMINGGRISEN
(Maunya) terdengar keren, tapi....

Semenjak saya punya akun BBM, saya jadi sering mengalami “kebanjiran” informasi yang cukup deras dan kadang mematikan – handphone saya. Bagaimana tidak, aplikasi untuk berkomunikasi ini cukup sederhana dan “cepat”, dimana hanya dengan sekali sentuh kita bisa ganti status setiap menit.  Apalagi yang namanya akun milik Buibu seperti saya, setiap gerakan pun bisa dijadikan status BBM. “Aduuh...sambelnya pedes bingit, jadi pengin minum es”, dengan foto seperangkat makan siang yam geprek plus lalapan.   Satu menit kemudian, “Segarnya es degan bawah jembatan....” dengan foto profil yang sudah ikut ganti juga. Itu yang paling sederhana. Belum lagi kegiatan di rumah dengan dedek bayi mereka, suami mereka..... Bayangkan, misal di kontak BBM saya ada 10 orang yang ganti status tiap menit, sudah berapa banyak  informasi yang saya terima dalam satu jam? Bikin Hamblenger khan?  Gak heran kalau sa punya gadget pun ikut-ikutan teler.... Baru buka sebentar,  mak pet...


Bukan aplikasi BBMnya yang bikin saya resah, tetapi kosakata yang mereka pakai di statusnya. Sebenarnya ini tidak cuma terjadi di BBM saja, tetapi hampir di semua lini sosial media. Saya mengambil contoh dari BBM karena menurut saya aplikasi inilah yang sangat pas mewadahi mereka-mereka yang kebelet eksis “sak det sak nyet” (*instantly and immediately), yang bahkan raksasa sosmed Facebook dan Twitter aja masih kalah cepat dan kalah praktis.  


Suatu hari, saya mendapati satu status BBM tentang betapa seorang mahmud yang “adore” anak perempuannya.  Kurang lebihnya begini, “My inces hari ini cantik sekali....” .  Awalnya saya merasa tidak ada yang salah dengan status ini, tetapi insting seorang pengajar bahasa tidak bisa diabaikan  (*pengajar bahasa kucing).  Saya tertegun dengan penggunaan kata “inces”. WTF?? pikir saya (*Astaghfirullaah, saya misuh!)  Saya tahu si mahmud ini maksudnya bilang ,“my Princess hari ini  cantik sekali...”.  Yaaaayaa bisa dimengerti, maksud si mahmud menyesuaikan dengan dunia si anak yang kepayang dengan film-film prinses semacam Frozen atau Barbie.  Dan kebetulan si anak masih kecil, jadilah masih pakai babytalk.  Tetapi saya khawatir kedepannya si anak akan terbiasa dengan bunyi “inces” yang menurut mamah mereka artinya puteri.  Bisa jadi mereka akan berpikir itu sesuatu yang bagus, tentu saja semua akan berubah ketika si anak sudah belajar bahasa asing dengan seksama.  Yang lebih saya takutkan lagi, si mahmud merasa kurang keren dengan hanya menuliskan “inces”, bisa jadi suatu saat akan ada yang menambahkan huruf “t” di akhir kata. Oh tjiidaaaaaaakkkk!! .... (* sambil zoom in zoom out wajah). Coba deh, kalau punya kamus, cek artinya atau minimal tanya Mbahmu (Google ndez, Google!).   Ngeri bukan? Meskipun secara pronunciation, ada sedikit perbedaan bunyi satu konsonan di tengah, yang oleh para mahmud mungkin diucapkan “c” tetapi yang sesuai kamus dibaca “s”.  Jadi, siapapun yang membaca tulisan saya ini, tolong diingatkan itu mahmud-mahmud yang punya anak perempuan untuk menghindari “babytalk” istilah satu itu. Ngeri akibatnya, dan bisa jadi non-human banget, karena kucing saya melakukan itu!!! Plis...


Selain “babytalk”, yang populer disosmed adalah menggunakan kata-kata bahasa Inggris tetapi dengan logat (*tulisan) dibikin cadel (*eh mirip kali ya? Wis ben. Lanjut) Masih mending ditulis sesuai bunyinya, misalnya “good night” jadi “gut nait”. Itu masih bisa dikenali bunyi dan artinya. Lha tetapi kalau ejaan plus pengucapannya dua-duanya jadi beda? Itu baru jadi masalah. Ada satu teman di sosmed yang gemar menggunakan istilah-istilah bahasa asing yang di-Indonesiakan, misal edifikasi, klarifikasi dll.  Suatu ketika si teman ini update status, “Pagi plants. Semangat yaaaa...” Wow!! Saya terlonjak kaget, ternyata sosial media tidak hanya meracuni manusia, tetapi tumbuh-tumbuhan juga!! Terpujilah Mark Zuckerberg, Jack Dorsey, Mike Lazaridis, dan Jan Koum beserta seluruh pencipta aplikasi komunikasi semacamnya. Kini tidak hanya kita, anggota “animal kingdom”,  yang bisa menggunakanya, tetapi juga anggota “plant kingdom”!!!! Subhanallah!

Serius kaget saya....teman saya bisa dengan hangat menyapa tetumbuhan di satu pagi yang cerah itu.  Iseng saya komentari statusnya dengan hanya satu kata,”Tumbuhan?” Eh...sewot dia. Aduh jadi salah khan?  Dia lalu menjelaskan maksudnya adalah “friend”  atau teman.  Dia minta maaf karena gak bisa bahasa Inggris.  Tapi setelah saya rasa-rasakan bukan minta maaf ding, tetapi ngedumel menyindir saya yang secara intensif belajar bahasa asing ini. Tapi wis ben lah...  Maunya saya menyarankan kenapa gak pake kata “teman” “kawan”, atau kalau mau terdengar keminggris, “fren” gitu.  Tetapi saya urungkan niat itu, saya memakluminya. Kalaupun saya jelaskan secara detil, malah nanti sa dikira sok serius dan sok pintar, karena teman saya ini tidak belajar bahasa secara khusus. Yaaa sudahlah, akhirnya begini nih...malah jadi tulisan panjang dan teman saya masih kadang menggunakan kosakata nginggrisnya yang bikin puyeng pala dedi. Belum lagi nanti kalau dia tulis statusnya begini ”Good morning, Plants. Piss selalu untukmu”. Piss? Iyuh, emoh saya..


Jadi, sebagai seorang yang belajar bahasa asing  dan menggunakannya sebagai mata pencaharian, saya hanya bisa menyarankan kepada yang baca tulisan saya ini beberapa hal. Satu, jangan pernah salahkan sosial media apabila kemudian statusmu menjadi bulan-bulanan teman-temanmu hanya karena kamu keminggrisen. Jangan mau disejajarkan dengan Mas-mas yang berambut putih yang katanya dosen tetapi menyalahkan Facebook karena katanya video yang dia upload disebar-sebarkan oleh Facebook dan mengakibatkan pergerakan massa yang cukup massif tahun lalu. Dua, hindari menggunakan bahasa yang tidak kamu kuasai.  Apalagi mengadaptasinya ke lidahmu sendiri supaya terdengar lebih keren, padahal artinya jadi beda jauh.  Tidak ada salahnya belajar bahasa asing dengan caramu sendiri, tetapi ingat, kamu harus setangguh Mbak Artis yang posting foto ulang tahun Prinsesnya di  Instagram dengan caption bahasa Inggris yang a bit mawood. Dia dibully segenap netizen, tetapi tetep aja endhel binti menthel...  


Terlepas dari prinsip belajar bahasa asing yang berbunyi “Exposure does matter” (yang ingin tahu maksudnya apa silahkan hubungi nomer 0878367xxxxx, harga nego),  lebih baik menggunakan bahasa sendiri yang kita tahu betul artinya, tidak semata  biar terlihat keren,  bahkan untuk misuh sekalipun. Camkan itu.  Karena sesungguhnya keren tidaknya seseorang itu tergantung amal perbuatan.


Sorry for being  keminggrised, yes... I only follow follow you.
(Maaf sok nginggris ya, saya cuma ikut-ikutan situ)