INSTAN
Menurut kitab Cambridge Advanced Learner’s Dictionary, instant (Adj) berarti “happening immediately, without
any delay” (sifatnya terjadi secara segera tanpa penundaan),(noun) “a n
extremely short period of time; a moment” ( periode waktu yang sangat pendek),
instantly (adv) berarti “immediately” (dengan segera).
Semua orang terobsesi sesuatu yang
“segera”—Instan. Lihat saja, ada mie
instan, kopi instan, susu instan, bubur instan, jilbab pashmina instan, pesan
instan, semua serba segera. Teknologikah
yang menyebabkan semua ini? Bisa jadi.
Tetapi tidak melulu peran teknologi, penggunanyalah yang sehrusnya bertanggung
jawab.
Akhir-akhir ini saya pusing dengan
ke “instan”an ini. Saya berjualan produk tas yang pembuatannya
separo mesin sebagian manual. Saya
bergerak di dua dunia. Maya dan Nyata. Pembeli dunia nyata cukup bisa bertoleransi dengan penundaan karena cukup
mengerti di beri penjelasan bahwa pembuatannya membutuhkan waktu yang lama
karena ada sebagian yang harus dikerjakan manual. Tetapi ada satu pembeli saya dari dunia
maya, kami hanya berhubungan dengan pesan singkat, yang juga berjualan di dunia
maya. Pesanan mengalir banyak, dan saya
suka itu. Tetapi yang saya tidak tahan
adalah ketika sebuah produk sedang most wanted dan selalu kehabisan stok,
pembeli-pembelinya yang bergerak murni
didunia maya menyuruhnya sesegera mungkin menyediakan barangnya. Selanjutnya
dia yang menguber-uber saya supaya barangnya cepat di datangkan. Saya kuwalahan dengan gerakan ini. Bukan karena saya menggunakan teknologi yang
lebih lambat, tetapi lebih kepada perjalanan produk itu hingga sampai ketangan
mereka. Tidakkah mereka sadar barang
yang mereka mau itu bukan buatan mesin 100%, sehingga membutuhkan waktu yang
lebih lama. Belum lagi karena sedang
trend, separuh lebih warga Indonesia Raya juga menginginkan barang itu. Habis berapa kata saya menjelaskan itu,
tetapi mereka tidak mau tahu, pokoknya
segera! Mati saya! Ini bukan lagi meminta saya untuk cepat-cepat, tetapi
meminta saya berbuat instan! Sungguh ter…la….lu!
Dari contoh kecil ini, saya jadi
bertanya sebegitu parahkah obsesi “serba segera “ ini menjangkiti umat manusia?
Semua serba ingin segala sesuatu segera datang, segera terlaksana, segera selesai.
Apa enaknya? Apa yang dicari? Apa
yang didapat? Manusialah yang berperan
nomer satu atas obsesi ini. Merekalah
yang menciptakan piranti-piranti yang pada akhirnya memperbudak mereka. Bagaimana tidak? Enak-enak tidur, tiba-tiba
si BB mengeluarkan bunyi. Penasaran
dengan siapa dan apa yang sedang terjadi, bangunlah si pemilik. Begitu hebat dan cepatnya proses
indoktrinasi pencipta piranti cepat saji
ini, bahwa kita tidak akan tertinggal apapun dari dunia. Betul tidak ketinggalan apapun, tetapi
sadarkah bahwa mereka telah kehilangan dunia mereka sendiri. Semua harus di komen cepat-cepat, tanpa
berpikir malah , kalau tidak pasti kedahuluan yang lain.
Saya menikmati kecepatan tetapi
bukan penggemar sesuatu yang instan. Contoh
kecil, saya lebih suka kopi tubruk daripada kopi instan yang kadang membuat
saya mules. Saya menikmati proses. Inilah yang telah hilang semenjak adanya
piranti –piranti yang menyediakan hal-hal instan. Bukankah dengan adanya hal-hal instan,
pengetahuan dan pengalaman akan menjadi sangat minim? Tahunya hanya permukaan saja. Misalnya, ketika ada berita si Anu
dijebloskan ke penjara karena berbuat Anu dengan si Itu. Jejaring social dengan jumlah kata yang minim
biasanya hanya menampilkan judulnya saja.
Adalah kadang malas orang-orang membuka situsnya untuk tahu secara
gamblang, jadilah membaca si judul saja. Dan tahunya itu saja. Mana tahu dimana si Anu berbuat dengan si
Itu, dan berapa kali, kenapa si Itu setuju dengan si Anu. Belum
lagi kalau si Anu menghina kelompok si Itu, karena tahunya hanya permukaan maka
terjadilah bakar-bakaran, bunuh-bunuhan, dan tembak-tembakan. Sampai masalah emosipun bisa tersulut secara
instan! Opo ora hebat?!
Kesimpulannya ,instan itu segera,
cepat. Sebaliknya, kecepatan itu tidak
instan karena kecepatan diawali oleh
sebuah proses yang dinamakan akselerasi.
Akselerasi adalah proses dari lambat
menjadi lebih cepat. Jadi sesegera
apapun keinginan untuk menjangkau sesuatu, ingatlah ada tahap-tahap yang harus
dilewati sehingga segala sesuatunya menjadi sempurna. J