Total Tayangan Halaman

Minggu, 15 Juli 2012

WASPADALAH... WASPADALAH!!!!


WASPADALAH... WASPADALAH!!!!


Berhati-hatilah kalau kamu seorang perempuan yang suka bersepeda atau jalan-jalan sendirian.  Penjahat cabul masih ada dimana-mana. Tak peduli pakaian yang kamu kenakan atau penampilan fisik kamu, pikiran kotor itu selalu ada dalam otak mereka. 
Beberapa jam yang lalu saya mengalaminya sendiri. Saya tidak sedang dimana-mana, hanya 10 meter dari rumah.  Saya pulang dari membeli sarapan dengan naik sepeda lipat.  Hari-hari kemarin saya juga selalu melakukan hal yang sama hampir setiap pagi dan tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi pagi ini kesialan sedang menimpa saya.  Di sebuah tikungan 20 meter dari rumah, saya berpapasan dengan motor yang dikendarai oleh seorang ibu. Sayapun melambatkan laju sepeda saya dan berbelok. Dari arah belakang, ada sebuah motor dengan laju yang lambat. Saya masih tenang-tenang saja ketika motor itu mengikuti dibelakang , sayapun agak minggir memberi jalan.  Saya berpikir itu adalah salah satu teman saya yang tinggal di perumahan sebelah yang suka menyapa saya ketika bertemu di jalan. Saya masih belum berpikir apa-apa ketika motor itu hendak menyalip saya. Tapi jarak motor dan sepeda saya sangat dekat sehingga membuat saya menoleh untuk melihat siapa pengendaranya. Belum penuh kepala saya menoleh, tangan terkutuk pengendara motor itu sudah melayang ke dada saya dan sempat mencubit. Whatta @$$%m^&*()*&^%#@!!! Sekejap darah saya melonjak naik ke ubun-ubun. Saya marah  dan jengkel luar biasa! Maksud hati ingin mengejar dan menghajarnya tapi sayang ketika itu saya hanya naik sepeda lipat, mengejarpun tak akan ada gunanya hanya akan melukai diri sendiri.  Saya hanya bisa berteriak “Maling...Maling.....! sekuat tenaga disertai kosa kata segala macam nama binatang dan kata-kata “suci” .  Sialnya saat itu tak ada siapapun yang bisa menolong saya.  Hanya ada satu bapak yang sedang memperbaiki mobilnya tak jauh dari rumah yang kemudian bertanya kenapa, satu lagi bapak yang juga bertanya kenapa, dua orang pesepeda yang kebetulan lewat, seorang ibu tetangga, dan beberapa anak kecil yang terbengong-bengong melihat tante cantik mereka bersumpah serapah. Sialnya lagi suami dan beberapa warga sedang kerja bakti membersihkan masjid yang agak jauh dari rumah sehingga suara sumpah serapah saya tidak terdengar oleh mereka.  Rasanya darah saya mendidih karena saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan penjahat primitive itu. Hanya sumpah serapah dalam hati dan kutukan-kutukan tujuh turunan yang bisa saya mohonkan dalam hati. D A M N!  Saya tidak bisa mengingat wajah pelaku karena mengenakan helm hitam. Yang saya ingat hanya motor yang dinaikinya, Honda Grand 1994an, jaket kulit hitam lusuh, dan celana pendek. Pelaku berperawakan kurus. Nomor polisi motornya pun tidak terdeteksi karena sudah buram dan pelaku melaju kencang ke arah jalan pintas ditengah sawah setelah saya berteriak-teriak.  Satu pengalaman yang membuat saya sangat jengkel, karena baru kali ini saya mengalami pelecehan dan tidak bisa melawan. Sebuah pelajaran penting untuk lebih berhati-hati.
Pelecehan seksual sebenarnya bukan semata-mata kesalahan satu pihak saja, laki-laki atau perempuan. Buktinya saya perempuan dengan pakaian tertutup masih juga menjadi korban. Sementara sebaliknya gadis-gadis pengunjung mall yang kadang berbaju kurang bahan aman-aman saja.   Lalu salah apanya? Salah siapa?  Masih juga menjadi perdebatan. Tidak usahlah menyalahkan si ini si itu sampai demo-demo segala yang penting adalah bagaimana kita bisa melindungi diri sendiri ketika tidak ada yang bisa menolong kita. Mau berpakaian mini, silahkan saja asal mau menerima konsekuensinya dan syukur-syukur bisa melawan ketika mengalami pelecehan.  Dan kalau memutuskan untuk menutup aurat, jangan setengah-setengah, perilaku bahenol juga harus dihilangkan.  Percuma tertutup kalau masih kegatalan..... :D.  Cobalah tengok kembali kasus-kasus pelecehan dengan korban perempuan yang tidak lagi muda dan mungkin tidak lagi bahenol. Apakah mereka menjadi korban karena pakaian dan penampilan mereka? Saya rasa tidak.  Otak pelakulah yang sakit. Otak mereka hanya penuh dengan hal-hal kotor dan menyakitkan. Entah darimana mereka mendapatkan sampah yang mereka selalu simpan diotak seumur hidup.  Mereka puas ketika orang lain merasa sakit dan menderita.  Sulit untuk mengatakan siapa yang berperan atas kerusakan otak mereka karena akan melebar ke banyak hal. Pendidikan? Keluarga? Agama? Lingkungan? Teknologi?  Insting dasar? Gender? Sebutkan saja.... semua bisa menjadi penyebabnya. Tidak usah menyalahkan gender karena semua berpotensi menjadi pelaku meskipun hanya dalam batas minimal, pelecehan secara verbal misalnya, meskipun insiden dari pihak sebaliknya jarang terangkat karena mungkin korban malu atau jangan-jangan malah menikmati :D   Hanya satu yang bisa mengurangi bahkan menyembuhkan kerusakan otak tersebut, kontrol diri.  Semua orang memiliki kontrol diri, hanya saja satu dengan yang lain berbeda kekuatannya. Sekali lagi banyak faktor yang mempengaruhinya. Undang-undang apapun tidak akan bisa menghentikan pendosa-pendosa itu selama mereka masih mengalami kerusakan otak. Karena saya bukan ahli psikologi, hukum, atau agama, apalagi saya bukan feminis, maka saya tidak punya jawaban atas apa yang harus dilakukan untuk melindungi korban dari kelakuan terkutuk para penjahat primitive.  Saya hanya berusaha supaya saya sendiri tidak menjadi korban mereka, kalau saya bisa menolong orang  lain atau syukur-syukur bisa menghajar dan membuat jera para penjahat cabul, itu hanya bonus saja.
Saya hanya bisa berbagi apa yang sering saya lakukan ketika saya sedang tidak dalam perlindungan orang terdekat. Pertama, jangan pernah kosong pikiran dimana saja, melamun misalnya.  Ketika saya mengalami kejadian diatas, saat itu saya sedang melamunkan sebuah sepeda bagus yang beberapa saat lalu berpapasan dengan saya sehingga saya tidak waspada. Kedua, selalu waspada dengan orang yang ada diluar jangkauan penglihatan kita, dibelakang atau samping kiri kanan.  Berpikir positif itu bagus, tetapi waspada itu lebih penting.  Kalau orang itu mendekat dan kita merasa tidak nyaman, ikutilah perasaan kita. Menjauhlah.  Kalau tidak memungkinkan, siap-siaplah dengan segala kemampuan untuk melawan. Jangan terlihat takut.  Ketiga, narsis atau ingin menjadi pusat perhatian itu manusiawi, tatapi bersiaplah dengan konsekuensinya. Pakaian yang kita pakai dan cara kita membawa diri  kadang menarik perhatian orang lain, apalagi kalau terlihat beda.  Lagipula siapa sih yang tidak senang di perhatikan? Dicelah itulah pelaku kejahatan biasanya memanfaatkan. Karena terlena dengan pandangan kagum yang lain, yang bermaksud jahat dan sudah mendekat bisa-bisa tidak terdeteksi.  Tadi saya mungkin juga salah, belanja ke warung bersepeda adalah hal yang jarang dilakukan ibu-ibu di perumahan saya, saya merasa berbeda dengan apa yang selalu saya lakukan setiap hari.  Atau mungin  pelaku tertarik dengan jaket bulukan saya, sehingga penasaran ingin memegang jaket saya kemudian kebablasan? Kalau ini edan namanya..... Mungkin pelaku sudah pernah melihat saya sehingga tadi pagi memutuskan untuk mengeksekusi saya  karena kebetulan suasana sepi.  Tetapi mungkin juga impulsif, lihat langsung sikat. Itulah hebatnya otak penjahat, bisa bekerja dengan cepat.  Keempat, manfaatkan suara keras kita untuk melawan kalau melawan secara fisik tidak memungkinkan. Meskipun kemungkinan pelaku tertangkap kecil tetapi paling tidak ada orang yang mengetahui.  Tidak usah malu kalau kita bukan penyebab kita sendiri  menjadi korban.  Kalau ada yang menolong, alhamdulillah. Tetapi kalau kejadiannya seperti saya tadi, ada orang yang melihat tetapi hanya terbengong-bengong, ya resiko.  Hidup itu penuh resiko, tidak mau menghadapi resiko mati saja. Terakhir, jangan lebay. Tidak perlu menangis tersedu-sedu karena dicolek penjahat cabul.  Marah, jengkel, trauma itu biasa dan bisa diatasi. Selanjutnya, hadapilah tantangan menjadi perempuan dengan berani dan bijak. Hanya kita yang tahu harus bagaimana supaya tidak menjadi korban. Kejahatan tidak hanya terjadi karena niat pelakunya tetapi karena ada kesempatan.  Waspadalah, waspadalah!