WASPADALAH... WASPADALAH!!!!
Berhati-hatilah kalau kamu seorang perempuan yang suka
bersepeda atau jalan-jalan sendirian.
Penjahat cabul masih ada dimana-mana. Tak peduli pakaian yang kamu
kenakan atau penampilan fisik kamu, pikiran kotor itu selalu ada dalam otak
mereka.
Beberapa jam yang lalu saya mengalaminya sendiri. Saya tidak
sedang dimana-mana, hanya 10 meter dari rumah.
Saya pulang dari membeli sarapan dengan naik sepeda lipat. Hari-hari kemarin saya juga selalu melakukan
hal yang sama hampir setiap pagi dan tidak pernah terjadi apa-apa. Tetapi pagi
ini kesialan sedang menimpa saya. Di
sebuah tikungan 20 meter dari rumah, saya berpapasan dengan motor yang
dikendarai oleh seorang ibu. Sayapun melambatkan laju sepeda saya dan berbelok.
Dari arah belakang, ada sebuah motor dengan laju yang lambat. Saya masih
tenang-tenang saja ketika motor itu mengikuti dibelakang , sayapun agak minggir
memberi jalan. Saya berpikir itu adalah
salah satu teman saya yang tinggal di perumahan sebelah yang suka menyapa saya
ketika bertemu di jalan. Saya masih belum berpikir apa-apa ketika motor itu
hendak menyalip saya. Tapi jarak motor dan sepeda saya sangat dekat sehingga
membuat saya menoleh untuk melihat siapa pengendaranya. Belum penuh kepala saya
menoleh, tangan terkutuk pengendara motor itu sudah melayang ke dada saya dan
sempat mencubit. Whatta
@$$%m^&*()*&^%#@!!! Sekejap darah saya melonjak naik ke ubun-ubun.
Saya marah dan jengkel luar biasa! Maksud
hati ingin mengejar dan menghajarnya tapi sayang ketika itu saya hanya naik
sepeda lipat, mengejarpun tak akan ada gunanya hanya akan melukai diri sendiri. Saya hanya bisa berteriak “Maling...Maling.....!
sekuat tenaga disertai kosa kata segala macam nama binatang dan kata-kata
“suci” . Sialnya saat itu tak ada
siapapun yang bisa menolong saya. Hanya
ada satu bapak yang sedang memperbaiki mobilnya tak jauh dari rumah yang
kemudian bertanya kenapa, satu lagi bapak yang juga bertanya kenapa, dua orang
pesepeda yang kebetulan lewat, seorang ibu tetangga, dan beberapa anak kecil
yang terbengong-bengong melihat tante cantik mereka bersumpah serapah. Sialnya
lagi suami dan beberapa warga sedang kerja bakti membersihkan masjid yang agak
jauh dari rumah sehingga suara sumpah serapah saya tidak terdengar oleh mereka. Rasanya darah saya mendidih karena saya tidak
bisa berbuat apa-apa untuk melawan penjahat primitive itu. Hanya sumpah serapah
dalam hati dan kutukan-kutukan tujuh turunan yang bisa saya mohonkan dalam
hati. D A M N! Saya tidak bisa mengingat
wajah pelaku karena mengenakan helm hitam. Yang saya ingat hanya motor yang
dinaikinya, Honda Grand 1994an, jaket kulit hitam lusuh, dan celana pendek. Pelaku
berperawakan kurus. Nomor polisi motornya pun tidak terdeteksi karena sudah
buram dan pelaku melaju kencang ke arah jalan pintas ditengah sawah setelah
saya berteriak-teriak. Satu pengalaman
yang membuat saya sangat jengkel, karena baru kali ini saya mengalami pelecehan
dan tidak bisa melawan. Sebuah pelajaran penting untuk lebih berhati-hati.
Pelecehan seksual sebenarnya bukan semata-mata kesalahan
satu pihak saja, laki-laki atau perempuan. Buktinya saya perempuan dengan
pakaian tertutup masih juga menjadi korban. Sementara sebaliknya gadis-gadis
pengunjung mall yang kadang berbaju kurang bahan aman-aman saja. Lalu salah apanya? Salah siapa? Masih juga menjadi perdebatan. Tidak usahlah
menyalahkan si ini si itu sampai demo-demo segala yang penting adalah bagaimana
kita bisa melindungi diri sendiri ketika tidak ada yang bisa menolong kita. Mau
berpakaian mini, silahkan saja asal mau menerima konsekuensinya dan syukur-syukur
bisa melawan ketika mengalami pelecehan.
Dan kalau memutuskan untuk menutup aurat, jangan setengah-setengah,
perilaku bahenol juga harus dihilangkan.
Percuma tertutup kalau masih kegatalan..... :D. Cobalah tengok kembali kasus-kasus pelecehan
dengan korban perempuan yang tidak lagi muda dan mungkin tidak lagi bahenol.
Apakah mereka menjadi korban karena pakaian dan penampilan mereka? Saya rasa
tidak. Otak pelakulah yang sakit. Otak
mereka hanya penuh dengan hal-hal kotor dan menyakitkan. Entah darimana mereka
mendapatkan sampah yang mereka selalu simpan diotak seumur hidup. Mereka puas ketika orang lain merasa sakit
dan menderita. Sulit untuk mengatakan
siapa yang berperan atas kerusakan otak mereka karena akan melebar ke banyak
hal. Pendidikan? Keluarga? Agama? Lingkungan? Teknologi? Insting dasar? Gender? Sebutkan saja....
semua bisa menjadi penyebabnya. Tidak usah menyalahkan gender karena semua
berpotensi menjadi pelaku meskipun hanya dalam batas minimal, pelecehan secara
verbal misalnya, meskipun insiden dari pihak sebaliknya jarang terangkat karena
mungkin korban malu atau jangan-jangan malah menikmati :D Hanya satu yang bisa mengurangi bahkan
menyembuhkan kerusakan otak tersebut, kontrol diri. Semua orang memiliki kontrol diri, hanya saja
satu dengan yang lain berbeda kekuatannya. Sekali lagi banyak faktor yang mempengaruhinya.
Undang-undang apapun tidak akan bisa menghentikan pendosa-pendosa itu selama
mereka masih mengalami kerusakan otak. Karena saya bukan ahli psikologi, hukum,
atau agama, apalagi saya bukan feminis, maka saya tidak punya jawaban atas apa
yang harus dilakukan untuk melindungi korban dari kelakuan terkutuk para
penjahat primitive. Saya hanya berusaha
supaya saya sendiri tidak menjadi korban mereka, kalau saya bisa menolong orang
lain atau syukur-syukur bisa menghajar
dan membuat jera para penjahat cabul, itu hanya bonus saja.
Saya hanya bisa berbagi apa yang sering saya lakukan ketika
saya sedang tidak dalam perlindungan orang terdekat. Pertama, jangan pernah
kosong pikiran dimana saja, melamun misalnya.
Ketika saya mengalami kejadian diatas, saat itu saya sedang melamunkan
sebuah sepeda bagus yang beberapa saat lalu berpapasan dengan saya sehingga
saya tidak waspada. Kedua, selalu waspada dengan orang yang ada diluar
jangkauan penglihatan kita, dibelakang atau samping kiri kanan. Berpikir positif itu bagus, tetapi waspada
itu lebih penting. Kalau orang itu
mendekat dan kita merasa tidak nyaman, ikutilah perasaan kita. Menjauhlah. Kalau tidak memungkinkan, siap-siaplah dengan
segala kemampuan untuk melawan. Jangan terlihat takut. Ketiga, narsis atau ingin menjadi pusat
perhatian itu manusiawi, tatapi bersiaplah dengan konsekuensinya. Pakaian yang
kita pakai dan cara kita membawa diri kadang
menarik perhatian orang lain, apalagi kalau terlihat beda. Lagipula siapa sih yang tidak senang di perhatikan?
Dicelah itulah pelaku kejahatan biasanya memanfaatkan. Karena terlena dengan
pandangan kagum yang lain, yang bermaksud jahat dan sudah mendekat bisa-bisa
tidak terdeteksi. Tadi saya mungkin juga
salah, belanja ke warung bersepeda adalah hal yang jarang dilakukan ibu-ibu di
perumahan saya, saya merasa berbeda dengan apa yang selalu saya lakukan setiap
hari. Atau mungin pelaku tertarik dengan jaket bulukan saya,
sehingga penasaran ingin memegang jaket saya kemudian kebablasan? Kalau ini
edan namanya..... Mungkin pelaku sudah pernah melihat saya sehingga tadi pagi memutuskan
untuk mengeksekusi saya karena kebetulan
suasana sepi. Tetapi mungkin juga
impulsif, lihat langsung sikat. Itulah hebatnya otak penjahat, bisa bekerja
dengan cepat. Keempat, manfaatkan suara
keras kita untuk melawan kalau melawan secara fisik tidak memungkinkan.
Meskipun kemungkinan pelaku tertangkap kecil tetapi paling tidak ada orang yang
mengetahui. Tidak usah malu kalau kita
bukan penyebab kita sendiri menjadi
korban. Kalau ada yang menolong,
alhamdulillah. Tetapi kalau kejadiannya seperti saya tadi, ada orang yang
melihat tetapi hanya terbengong-bengong, ya resiko. Hidup itu penuh resiko, tidak mau menghadapi
resiko mati saja. Terakhir, jangan lebay. Tidak perlu menangis tersedu-sedu
karena dicolek penjahat cabul. Marah,
jengkel, trauma itu biasa dan bisa diatasi. Selanjutnya, hadapilah tantangan
menjadi perempuan dengan berani dan bijak. Hanya kita yang tahu harus bagaimana
supaya tidak menjadi korban. Kejahatan tidak hanya terjadi karena niat
pelakunya tetapi karena ada kesempatan.
Waspadalah, waspadalah!