Aerobic
Kebenaran kadang
muncul dari sesuatu yang tidak kita sukai.
Belum sah rasanya menjadi ibu-ibu
kalau belum pernah ikut senam aerobic.
Awalnya saya tidak tertarik dengan olah raga satu ini karena beberapa
alasan. Salah satunya adalah gerakannnya yang cenderung pendek-pendek dan
terkesan cuma mental-mentul. Iya kalau punya yang dipentulkan...lha kalau flat, apanya yang bisa mentul? STOP! (*Rasis
itu! Bersimpatilah pada yang tipis-tipis.)
Saya suka olahraga terutama yang bertujuan meningkatkan kelenturan dan
stamina. Sejak beberapa tahun lalu, saya melakukan olahraga yoga, kadang di
tempat latihan atau lebih seringnya melakukan sendiri di rumah. Gerakan-gerakan yoga pelan tetapi langsung
menyentuh ke pusat sendi dan otot. Menurut saya gerakan-gerakannya lebih
efektif dibanding aerobic, meskipun sebenarnya tujuannya memang jauh
berbeda. Selain yoga, saya juga mencoba
sedikit pilates, yang tidak jauh beda
dimana otot-otot diregangkan secara maksimal untuk pembentukan tubuh. Saya
menyukai dua olahraga ini bukan tanpa alasan. Sejak ABG (*eh...saya pernah ABG
juga lho.. gimana sih?) saya sudah berlatih pencak silat dimana pada setiap
latihan ada satu sesi latihan pernafasan yang gerakannnya beberapa mirip yoga
dan pilates. Jadi sangat mudah buat saya
untuk melakukan yoga dan pilates
dibandingkan aerobic karena di pencak silat kuda-kuda harus kuat, tidak boleh mental-mentul. Hahaha....
Kembali ke aerobic. Beberapa saat terakhir ini saya terpaksa
mempelajari aerobic karena ibu-ibu PKK di perumahan saya lagi demen
olahraga. Jadi alasan saya mengikuti
senam aerobic ini adalah supaya guweh gaol ajah dengan tetangga yang mayoritas
mahmud. Getoooh.... Awalnya saya dan
satu orang mengusulkan yoga, tetapi karena tempatnya outdoor sepertinya tidak
mungkin. Bayangkan ber-savasana
beralaskan plesteran semen yang ditumbuhi beberapa jumput rumput.... Mau usul zumba
atau body combat atau core bare rasanya tidak mungkin juga,
kantong kami ibu-ibu kelas rumah type 36 gak cukup buat bayar instruktur dari
fitnessnya selebrity. Alternatif lain
adalah pingpong atau tenis meja. Kami
sudah punya meja pingpong sih...tetapi ingat, di lingkungan perumahan ada
segregasi kegiatan berdasarkan jenis kelamin;
yang khusus ibu-ibu dan yang
khusus bapak-bapak. Buat saya, olahraga
apapun tidak mengenal jenis kelamin, bahkan pingpong. Tetapi menimbang “lingkungan” tempat saya
tinggal adalah perumahan, yang semuanya berkeluarga, maka tidak etis kiranya
saya main pingpong dengan bapak-bapak. Apa kata para mahmud itu ketika saya
yang menuju senior ini dikagumi suami-suami mereka karena bisa main olahraga
para lelaki.... Waaa bisa-bisa saya didepak dari keanggotaan PKK dong....
Baiklah, saya mengurungkan niat bermain
pingpong. Setelah melewati percakapan
seru, tercetuslah satu kata, aerobic. OK, OK. Saya harus belajar mental-mentul. Lumayanlah, punya sedikit modal untuk mentul
tetapi sayang koordinasi kaki dan tangan saya masih serasa kacau balau...
Selain gerakan aerobic yang
membuat saya agak-agak gimana gitu, musik yang dipakai mengiringi senam rasanya
juga sedikit menganggu saya.
Umumnya musik yang dipakai adalah
musik dengan beat yang enerjik semacam musik ajeb-ajeb alias EDM. Sayangnya kebanyakan yang diputar bukan electronic music yang asli, melainkan remix-an lagu-lagu populer yang kadang
temanya mendayu-dayu. Menurut saya lucu sih... Lhah kita senam lompat-lompat
dengan hati yang gembira, tapi lagunya
Tenda Biru yang nyanyi Desi Ratnasari, apa ndak jadi malah ngenes? Tidak
tercapai itu sehat body and mind-nya. Bener sih musiknya dibikin ajeb-ajeb... Tapi mau gak mau telinga
ini dengar liriknya juga toh? Belum lagi musiknya selalu disetel dengan volume
penuh... Badala...sebuah fakta yang sangat kontras bukan? Kenapa gak sekalian
aja lagu dangdut koplo yang benar-benar enerjik dari pikiran. Aseloleeey!!! Jos! Dengan begini khan
sehatnya bisa luar dalam, body and mind
gitu kata penggila kebugaran. Tapi apa mau dikata, sekali lagi kami ibu-ibu
penghuni tipe 36, dan saya khususnya, harus menerima kenyataan bahwa musik yang
mengiringi senam kami cukup remix-an,
bukan lagu-lagu Calvin Harris, Avicii atau David Guetta. Asal bukan Slayer atau Soulfly aja... Bisa-bisa
ibu-ibu malah moshing-mosing-an. Akkhuuuh
Horaaak Popooooh!! AAArrrgh!!!
Singkatnya, dari aerobic ini saya
harus mengakui bahwa kadang kebenaran itu muncul dari hal-hal yang tidak kita
sukai. Kenyataannya saya tidak suka aerobic, tetapi saya harus mengakui kebenaran
bahwa dengan ikut-ikutan senam ini saya bisa lebih akrab dengan mahmud-mahmud
tetangga saya. Serta yang paling penting
adalah saya mendapatkan kebugaran meskipun
dengan sengaja ataupun tidak ikut mendengar lirik lagu pengiring yang mendayu-dayu ditingkahi bunyi-bunyian ala EDM dan suara ethes mbak instruktur.
..... tanpa undangan diriku kau lupakaaaan....
Ayo Ibu-ibu!!... Satu.. Dua.. Satu... Dua... Hap! Hap! Lebih cepat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar