Total Tayangan Halaman

Sabtu, 04 Februari 2017

AEROBIC

Aerobic
Kebenaran kadang muncul dari sesuatu yang tidak kita sukai.

 

Belum sah rasanya menjadi ibu-ibu kalau belum pernah ikut senam aerobic.  Awalnya saya tidak tertarik dengan olah raga satu ini karena beberapa alasan. Salah satunya adalah gerakannnya yang cenderung pendek-pendek dan terkesan cuma  mental-mentul. Iya kalau punya yang dipentulkan...lha kalau flat, apanya yang bisa mentul? STOP! (*Rasis itu! Bersimpatilah pada yang tipis-tipis.)

  Saya suka olahraga terutama yang bertujuan meningkatkan kelenturan dan stamina. Sejak beberapa tahun lalu, saya melakukan olahraga yoga, kadang di tempat latihan atau lebih seringnya melakukan sendiri di rumah.  Gerakan-gerakan yoga pelan tetapi langsung menyentuh ke pusat sendi dan otot. Menurut saya gerakan-gerakannya lebih efektif dibanding aerobic, meskipun sebenarnya tujuannya memang jauh berbeda.  Selain yoga, saya juga mencoba sedikit pilates, yang tidak jauh beda dimana otot-otot diregangkan secara maksimal untuk pembentukan tubuh. Saya menyukai dua olahraga ini bukan tanpa alasan. Sejak ABG (*eh...saya pernah ABG juga lho.. gimana sih?) saya sudah berlatih pencak silat dimana pada setiap latihan ada satu sesi latihan pernafasan yang gerakannnya beberapa mirip yoga dan pilates.  Jadi sangat mudah buat saya untuk melakukan yoga dan pilates dibandingkan aerobic karena di pencak silat kuda-kuda harus kuat, tidak boleh mental-mentul.  Hahaha....

Kembali ke aerobic.  Beberapa saat terakhir ini saya terpaksa mempelajari aerobic karena ibu-ibu PKK di perumahan saya lagi demen olahraga.  Jadi alasan saya mengikuti senam aerobic ini adalah supaya guweh  gaol ajah dengan tetangga yang mayoritas mahmud. Getoooh.... Awalnya saya dan satu orang mengusulkan yoga, tetapi karena tempatnya outdoor sepertinya tidak mungkin. Bayangkan  ber-savasana beralaskan plesteran semen yang ditumbuhi beberapa jumput rumput....  Mau usul zumba atau body combat atau core bare rasanya tidak mungkin juga, kantong kami ibu-ibu kelas rumah type 36 gak cukup buat bayar instruktur dari fitnessnya selebrity.  Alternatif lain adalah pingpong atau tenis meja.  Kami sudah punya meja pingpong sih...tetapi ingat, di lingkungan perumahan ada segregasi kegiatan berdasarkan jenis kelamin;   yang khusus ibu-ibu dan yang khusus bapak-bapak.  Buat saya, olahraga apapun tidak mengenal jenis kelamin, bahkan pingpong.  Tetapi menimbang “lingkungan” tempat saya tinggal adalah perumahan, yang semuanya berkeluarga, maka tidak etis kiranya saya main pingpong dengan bapak-bapak. Apa kata para mahmud itu ketika saya yang menuju senior ini dikagumi suami-suami mereka karena bisa main olahraga para lelaki.... Waaa bisa-bisa saya didepak dari keanggotaan PKK dong.... Baiklah, saya mengurungkan  niat bermain pingpong.  Setelah melewati percakapan seru, tercetuslah satu kata, aerobic. OK, OK. Saya harus belajar mental-mentul.   Lumayanlah, punya sedikit modal untuk  mentul tetapi sayang koordinasi kaki dan tangan saya masih serasa kacau balau...

Selain gerakan aerobic yang membuat saya agak-agak gimana gitu, musik yang dipakai mengiringi senam rasanya juga sedikit menganggu saya.  Umumnya  musik yang dipakai adalah musik dengan beat yang enerjik semacam musik ajeb-ajeb alias EDM.  Sayangnya kebanyakan yang diputar bukan electronic music yang asli, melainkan remix-an lagu-lagu populer yang kadang temanya mendayu-dayu. Menurut saya lucu sih... Lhah kita senam lompat-lompat dengan hati yang gembira,  tapi lagunya Tenda Biru yang nyanyi Desi Ratnasari, apa ndak jadi malah ngenes? Tidak tercapai itu sehat body and mind-nya.  Bener sih musiknya dibikin ajeb-ajeb... Tapi mau gak mau telinga ini dengar liriknya juga toh? Belum lagi musiknya selalu disetel dengan volume penuh... Badala...sebuah fakta yang sangat kontras bukan? Kenapa gak sekalian aja lagu dangdut koplo yang benar-benar enerjik dari pikiran. Aseloleeey!!! Jos! Dengan begini khan sehatnya bisa luar dalam, body and mind gitu kata penggila kebugaran. Tapi apa mau dikata, sekali lagi kami ibu-ibu penghuni tipe 36, dan saya khususnya, harus menerima kenyataan bahwa musik yang mengiringi senam kami cukup remix-an, bukan lagu-lagu Calvin Harris, Avicii atau David Guetta.  Asal bukan Slayer atau Soulfly aja... Bisa-bisa ibu-ibu malah moshing-mosing-an.  Akkhuuuh Horaaak Popooooh!! AAArrrgh!!!

Singkatnya, dari aerobic ini saya harus mengakui bahwa kadang kebenaran itu muncul dari hal-hal yang tidak kita sukai. Kenyataannya saya tidak suka aerobic, tetapi saya harus mengakui kebenaran bahwa dengan ikut-ikutan senam ini saya bisa lebih akrab dengan mahmud-mahmud tetangga saya.  Serta yang paling penting adalah saya mendapatkan kebugaran  meskipun dengan sengaja ataupun tidak ikut mendengar lirik lagu pengiring yang mendayu-dayu ditingkahi bunyi-bunyian ala EDM dan suara ethes mbak instruktur. 

..... tanpa undangan diriku kau lupakaaaan....
Ayo Ibu-ibu!!... Satu.. Dua.. Satu... Dua... Hap! Hap! Lebih cepat!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar