Total Tayangan Halaman

Kamis, 22 Maret 2012

Selamat Jalan Kawan-kawan...

Mimin, Ucrit, Mumun, Kamun, Memet, Boy, Ipin, Unyil, Cuplis, Cimot, Emon, Pepeng, Caplin, Kecil dan mungkin juga Mak Unying....

Mereka hanya kucing-kucing kampung yang terbuang dan kebetulan mampir di kehidupan saya kira-kira setahun terakhir ini. Setiap hari mereka bikin ribut, kotor, dan jengkel tetapi merekalah yang menghibur saya di pagi hari ketika saya belum berangkat kerja dan sendirian dirumah. Mereka pulalah yang menghalau binatang-binatang liar semacam ular dan tikus dari pekarangan rumah kontrakan saya. Beberapa dari mereka tidak sengaja saya temukan di pinggir sawah karena dibuang pemiliknya, ada pula yang tiba-tiba datang sendiri dan ikut makan tidur di rumah. Saya tidak berniat memelihara mereka semua tetapi karena saya pikir mereka akan makan apa dan dimana mereka akan tidur dan berlindung, maka saya buka pintu rumah kontrakan saya untuk mereka. Super duper repot melayani 15 ekor kucing yang semuanya suka makan, manja-manja, dan berisik. Tapi merekalah teman saya.

Sampai suatu siang, seekor kucing liar mampir di pekarangan dan secara tidak sengaja masuk kedalam rumah tanpa sepengatahuan saya. Satu malam ia berada di dalam rumah dan ternyata dalam keadaan sakit. Belum genap dua mampir, hari kucing itu mati mendadak. Saya pikir biasa saja, mungkin luka dalam karena tertabrak motor. Tetap setelah itu, kira-kira satu dua hari setelah kucing asing itu mati, satu persatu kucing-kucing saya sakit. Gejalanya muntah-muntah, tidak mau makan, minum terus, dan tidur-tiduran di tempat lembab karena badannya panas. Dan sejak itulah satu persatu mereka mati mengenaskan, bahkan saya menyaksikan beberapa mengembuskan nafas terakhirnya didepan saya. 11 ekor mati begitu saja dalam waktu kurang dari satu minggu. Saya pikir karena ikan yang saya beli untuk mereka mengandung pengawet yang beracun, tetapi ternyata bukan. Kalau mereka keracunan pastilah mereka akan mati dalam waktu yang bersamaan. Kemudian saya teringat kucing asing yang mati beberapa hari lalu. Mungkinkah ia penyebabnya? Hanya Sang Pencipta para kucing itulah yang tahu. Dan mengapa harus sebanyak itu yang harus mati? Hanya Alloh yang tahu. Dan mengapa mereka harus tinggal bersama saya juga hanya Alloh yang tahu.

Lalu saya coba mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada mereka. Tibalah saya pada satu kata, Panleukopenia. Kata yang asing bagi saya tetapi inilah kunci dari kematian kucing-kucing saya. Sebuah penyakit menular yang disebabkan virus dengan masa penularan yang sangat cepat dan efek yang sangat mematikan.

Berikut adalah petikan informasi dari http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp?cfile=htm/bc/57100.htm

Feline panleukopenia virus (FPV) is closely related to mink enteritis virus and the type 2 canine parvoviruses (CPV-2, CPV-2a, CPV-2b). FPV can cause disease in all Felids and some members of related families (eg, raccoon, mink, and coatimundi), but it does not harm Canids. Conversely, CPV-2a and CPV-2b have recently been shown to cause a panleukopenia-like illness in domestic cats and large Felids. In a study of German and American cats with a clinical diagnosis of panleukopenia, CPV-2a or CPV-2b, rather than FPV, was isolated from ~10% of cases. In a Vietnamese study, 80% of parvoviruses isolated from healthy cats were canine rather than feline.


 

Virus particles are abundant in all secretions and excretions during the acute phase of illness and can be shed in the feces of survivors for up to 6 wk after recovery. Parvoviruses are extremely resistant to inactivation; they can survive >1 yr in a suitable environment and can be transported long distances via fomites (eg, shoes, clothing). However, parvoviruses are destroyed by exposure to a 6% solution of household bleach (aqueous sodium hypochlorite) for 10 min at room temperature. Peroxygen disinfectants are also highly effective.


 

Cats are infected oronasally by exposure to infected animals, their secretions, or fomites. Most free-roaming cats are exposed to the virus during their first year of life. Those that develop subclinical infection or survive acute illness mount a robust, long-lasting, protective immune response.


 

FPV infects and destroys actively dividing cells in bone marrow, lymphoid tissues, intestinal epithelium, and—in very young animals—cerebellum and retina. In pregnant queens, the virus may spread transplacentally to cause embryonic resorption, fetal mummification, abortion, or stillbirth. Alternatively, infection of kittens in the perinatal period may destroy the germinal epithelium of the cerebellum, leading to cerebellar hypoplasia, incoordination, and tremor. FPV-induced cerebellar ataxia has become a relatively rare diagnosis, because most queens passively transfer sufficient antibodies to their kittens to protect them during the period of susceptibility.


 

Singkatnya, Panleukopenia disebabkan oleh virus mematikan yang menyerang keluarga kucing. Penularannya bisa melalui apa saja; cairan tubuh, berbagi tempat makan minum, kutu, bahkan sentuhan. Virus ini menyerang hampir semua organ penting, sumsum tulang, jaringan limpa, epitel usus. Tak heran hanya dalam hitungan jam, begitu gejala terlihat nyawa mereka sudah tidak tertolong lagi.


 

Tak ada lagi Cuplis yang menyambut saya pulang kantor dan membonceng di jok sepeda motor. Tak ada lagi Emon dan Cimot yang suka membuntuti saya kemana-mana. Selamat jalan Kawan-kawan.... Maaf saya tidak bisa menyelamatkan kalian semua. Sampai jumpa di sana.


 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar